JAKARTA – suksesmedia.id – Perundungan atau bullying seringkali terjadi di beberapa kesempatan. Tak hanya terjadi pada kalangan dewasa saja, perundungan atau bullying justru kerap kali terjadi pada anak-anak yang beranjak remaja atau bahkan pada anak-anak. Menariknya, para orangtua menganggap bahwa bullying hanyalah bagian dari ekspresi bercanda yang tak perlu dirisaukan. Padahal mengabaikan bullying justru merupakan tindakan yang salah besar dan dapat berdampak buruk pada kesehatan mental seseorang di kemudian hari.
Kasus tindakan bullying yang terjadi dan melibatkan salah satu anak artis Vincent Rompies belakangan marak diberitakan di berbagai media. Kasus bullying sebenarnya bukanlah hal baru, dan masalah ini seringkali terjadi tanpa disadari oleh para orangtua, kerabat dan masyarakat kita. Lalau apa saja dampak buruk tindakan bullying pada anak? Nah inilah dampak buruk perilaku bullying:
1. Meningkatkan Stres dan Gangguan Kecemasan
Salah satu akibat buruk utama dari bullying adalah meningkatnya tingkat stres dan kecemasan pada anak yang menjadi korban. Mereka mungkin mengalami kecemasan yang berlebihan terkait dengan situasi di sekolah atau di lingkungan sosial mereka. Perasaan tidak aman dan ketakutan akan serangan lebih lanjut juga dapat mengganggu kesejahteraan emosional anak.
2. Menurunnya Rasa Percaya Diri
Bullying dapat merusak percaya diri dan harga diri anak-anak yang menjadi korban. Mereka mungkin mulai merasa tidak berharga atau meragukan kemampuan mereka sendiri. Hal ini dapat berdampak negatif pada prestasi akademis dan hubungan sosial anak, serta memengaruhi perkembangan pribadi dan profesional mereka di masa depan.
3. Kesulitan Berinteraksi Secara Sosial
Bullying seringkali dapat menyebabkan anak-anak merasa terisolasi secara sosial dan mengalami kesulitan dalam berinteraksi dengan teman sebaya atau orang dewasa. Mereka mungkin menghindari situasi-situasi sosial atau mengalami kesulitan dalam membangun hubungan interpersonal yang sehat. Ini dapat memperburuk perasaan kesepian dan mengurangi dukungan sosial yang mereka perlukan.
4. Depresi dan Gangguan Mental
Bullying dapat menjadi pemicu bagi perkembangan depresi dan gangguan mental lainnya pada anak-anak yang menjadi korban. Mereka mungkin mengalami perasaan sedih yang berkepanjangan, kehilangan minat dalam aktivitas yang mereka sukai, dan bahkan mengalami pikiran-pikiran yang merugikan atau bunuh diri. Ini merupakan tanda-tanda bahwa mereka memerlukan bantuan profesional dan dukungan yang lebih besar untuk mengatasi kondisi mental mereka.
5. Meningkatkan Resiko Perilaku Negatif
Anak-anak yang menjadi korban bullying cenderung memiliki risiko lebih tinggi untuk terlibat dalam perilaku berisiko seperti penggunaan obat-obatan terlarang, konsumsi alkohol, atau perilaku agresif. Mereka mungkin menggunakan perilaku berisiko sebagai cara untuk mengatasi stres dan trauma yang mereka alami akibat bullying, namun hal ini dapat membahayakan kesehatan dan kesejahteraan mereka lebih lanjut. Hal ini selaras dengan hasil hasil penelitian dari Jamie M. Ostrov, PhD dari Direktur Department Psikologi Klinis dari University of Buffalo yang menyatakan bahwa tindakan bullying baik dari korban maupun yang melakukan sama-sama akan memberikan dampak buruk. Anak-anak korban bullying menjadi mudah cemas dan tak jarang para pelaku bullying pun juga akan tumbuh menjadi anak yang agresif dan kasar.
Pada dasarnya, mengatasi dampak buruk dari bullying memerlukan pendekatan yang holistik dan komprehensif. Langkah-langkah yang dapat diambil termasuk memberikan dukungan emosional dan psikologis kepada anak, membantu mereka mengembangkan keterampilan sosial dan strategi penanganan stres yang sehat, serta melibatkan sekolah dan komunitas dalam pencegahan dan penanganan bullying. (has/liem)