JAKARTA – suksesmedia.id – Masyarakat Jawa banyak yang masih mempercayai sejumlah hal di bulan syuro. Bahkan tak sedikit dari mereka yang hingga kini, masih menerapkan beberapa larangan yang seyogyanya tidak dilakukan pada bulan suro atau Muharam dalam penanggalan islam. Kepercayaan masyarakat Jawa ini dilandasi tradisi turun-temurun oleh para leluhur yang disampaikan kepada anak cucu mereka.
Bulan syuro sendiri, dalam tradisi masyarakat jawa merupakan bulan yang dianggap sebagai bulan yang sakral dan penuh dengan energi mistis. Masyarakat Jawa percaya bahwa pada bulan ini, dunia gaib lebih aktif, dan oleh karena itu, mereka lebih berhati-hati dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Tak hanya itu, pada bulan ini dipercaya oleh masyarakat Jawa merupakan bulan di mana banyak makhluk gaib berkeliaran. Bahkan energi mistik di bulan ini dipercaya oleh sebagian masyarakat Jawa cukup kuat, sehingga jika tidak berhati-hati maka akan berdampak negatif bagi kehidupan setiap orang. Nah berikut ini adalah sejumlah pantangan dan tidak boleh dilakukan di bulan syuro menurut tradisi Jawa:
Membangun Rumah Baru
Pada bulan syuro, masyarakat Jawa kuno tidak menyarankan untuk membangun atau mendirikan rumah. Hal ini dikarenakan pada bulan ini, energi mistis yang merupakan energi negatif, dikhawatirkan kurang begitu baik dan berdampak bagi aura negatif rumah di kemudian hari. Tak hanya itu, jika dipaksakan untuk membangun rumah akan menyebabkan ketidakberuntungan dan nahas. Banyaknya energi mistik, ikut serta berakibat pada kenyamanan maupun rezeki yang akan diterima oleh pemilik maupun penghuni rumah.
Berpindah Tempat Tinggal
Masyarakat Jawa sebagian masih menganut kepercayaan bahwa bulan syuro adalah bulan yang dipenuhi oleh banyak energi mistis. Oleh karena itu, berpindah tempat tinggal dan memulai hal baru hendaknya dihindari terlebih dahulu serta menunggu hari baik di bulan lainnya. Terlepas dari fakta atau mitos, banyak kejadian nahas yang ternyata didapatkan ketika orang ketika memaksakan pindah rumah pada bulan Syuro ini. Rezeki yang seret, emosi yang mudah tersulut, dan sering berselisih dengan orang terdekat konon bisa menjadi akibat bagi seseorang jika memaksakan diri, jika pindah rumah di bulan syuro ini.
Melangsungkan Pernikahan dan Hajatan
Bulan Syuro merupakan bulan besar bagi makhluk gaib dan tak kasat mata menurut Primbon yang hingga kini masih dianut dan dipercaya oleh masyarakat Jawa. Pada bulan ini, jika seseorang memaksakan diri untuk melangsungkan pernikahan akan berujung pada kesialan. Jenis kesialan ini pun beragam, mulai dari sering bertengkar dengan pasangan, rezeki yang seret, nasib buruk, berujung perceraian dan masih banyak lagi. Selain itu, bulan ini juga kental dengan ritual masyarakat jawa yang banyak melakukan tirakat atau perjalanan spiritual untuk membersihkan diri dari pengaruh buruk serta energi negatif yang berasal dari semesta. Di sisi lain, pesta seperti khitanan atau pun tasyakuran pun tetap tidak disarankan.
Berkata Kasar dan Menyumpah Hal Buruk
Percaya atau tidak masyarakat Jawa hingga kini masih meyakini bahwa bulan Syuro merupakan bulan di mana banyak makhluk gaib dan tak kasat mata berkeliaran. Oleh sebab itu, disarankan untuk tidak mengucap kata kasar atau menyumpahi hal-hal buruk pada diri sendiri atau pun orang lain. Banyak kejadian yang berujung maut karena perilaku ceroboh yang dilakukan oleh orang yang berucap kasar maupun tidak baik, yang justru berbalik kepadanya. Bisa jadi setan atau Jin yang jahat ikut berperan dalam hal ini, sehingga mendorong kamu terkena musibah. Jadi berhati-hatilah saat berucap ya…
Pergi Tanpa Tujuan Jelas
Melakukan berpergian jauh, tanpa suatu tujuan yang jelas merupakan tindakan yang kurang baik. Apalagi di bulan syuro yang konon banyak makhluk tak kasat mata kelihatan dan beraktivitas. Jika kamu tidak memiliki tujuan jelas saat berpergian, upayakan untuk menghindarinya karena justru akan terbawa sial saat berpergian. Usahakan untuk memiliki tujuan yang jelas, dan jangan lupa berdoa terlebih dahulu sebelum berpergian.
Terlepas dari mitos atau fakta, kepercayaan masyarakat Jawa pada dasarnya berasal dari ilmu “titen” atau kebiasaan yang dirangkum oleh para cerdik pandai zaman dulu selama ribuan tahun. Namun jika hal hal-hal dirasa kurang pantas ada baiknya tetap tidak dijalankan supaya terhindar dari marabahaya dan kesialan. (*)