JAKARTA – suksesmedia.id – Indonesia, dengan keragaman budaya dan tradisi yang kaya, adalah rumah bagi berbagai perayaan dan festival yang meriah. Salah satu perayaan yang menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Tionghoa-Indonesia adalah Cap Go Meh. Cap Go Meh, yang juga dikenal sebagai “Festival Chap Goh Mei” atau “Hari Raya Naga”, adalah perayaan penting yang menandai akhir dari perayaan Imlek atau Tahun Baru Imlek. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi asal-usul, tradisi, dan bagaimana Cap Go Meh dirayakan di berbagai bagian Indonesia.
Cap Go Meh memiliki akar dalam budaya Tionghoa, tetapi telah menjadi bagian integral dari kehidupan masyarakat Indonesia. Secara historis, perayaan ini berasal dari cerita legenda kuno tentang Naga yang turun dari langit untuk memberkati bumi dengan hujan. Dalam legenda ini, Naga adalah simbol keberuntungan dan kekuatan. Menurut tradisi, pada malam Cap Go Meh, Naga itu kembali ke langit, dan masyarakat Tionghoa melaksanakan serangkaian ritual dan perayaan untuk menghormati peristiwa tersebut.
Tradisi dan Ritual
Cap Go Meh di Indonesia diwarnai oleh berbagai tradisi dan ritual yang unik. Salah satunya adalah pawai lampion yang diadakan di berbagai kota dan daerah dengan komunitas Tionghoa yang signifikan. Pawai ini adalah pemandangan yang memukau, dengan lampion-lampion berwarna-warni yang menghiasi langit malam, menciptakan suasana yang penuh kegembiraan.
Selain pawai lampion, tradisi lain yang sering diamati adalah pengeluaran “Liong” atau singa dan naga. Dalam pertunjukan ini, para penari yang mengenakan kostum singa dan naga melakukan tarian yang dramatis dan berenergi tinggi di sepanjang jalan-jalan utama dan di depan toko-toko dan rumah-rumah bisnis. Pertunjukan ini diyakini membawa keberuntungan dan keberkahan bagi komunitas.
Tidak ketinggalan adalah perayaan kembang api yang meriah. Di malam Cap Go Meh, langit dipenuhi dengan warna-warni dan gemerlap dari kembang api yang dinyalakan untuk mengusir roh jahat dan menyambut tahun yang baru dengan keceriaan.
Ciri Khas Setiap Daerah
Tidak dapat dipungkiri bahwa perayaan apa pun di Indonesia selalu diwarnai oleh kelezatan kuliner lokal. Cap Go Meh bukanlah pengecualian. Makanan khas seperti lumpia, bakpao, mie ayam, dan berbagai hidangan Tionghoa lainnya menjadi hidangan wajib selama perayaan ini. Bukan hanya tentang rasa, tetapi juga tentang kebersamaan dan tradisi keluarga.
Meskipun Cap Go Meh dirayakan di seluruh Indonesia, beberapa daerah memiliki tradisi dan perayaan yang unik. Di Semarang, misalnya, Cap Go Meh dikenal dengan nama “Grebeg Sudiro”. Grebeg Sudiro adalah festival budaya yang digelar secara besar-besaran di Klenteng Sam Poo Kong. Acara ini dihadiri oleh ribuan orang yang berpartisipasi dalam pawai lampion, pertunjukan seni, dan berbagai kegiatan lainnya.
Sementara itu, di Singkawang, Kalimantan Barat, Cap Go Meh dirayakan dengan pawai lampion yang luar biasa. Singkawang dikenal sebagai salah satu destinasi utama untuk merayakan Cap Go Meh di Indonesia. Masyarakat setempat dan wisatawan dari seluruh penjuru berkumpul di sini untuk menyaksikan pawai lampion yang megah dan meriah. Cap Go Meh tidak hanya sekadar perayaan budaya. Bagi masyarakat Tionghoa-Indonesia, ini adalah waktu untuk merayakan persatuan, kebersamaan, dan keberagaman. Ini adalah saat untuk meninggalkan masa lalu yang buruk dan menyambut masa depan yang cerah. Cap Go Meh juga menjadi kesempatan untuk merayakan toleransi antar-etnis dan hubungan harmonis antarbudaya yang telah lama menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia. (*)