Sisi Gelap Pekerja di Korea Selatan

JAKARTA – suksesmedia.id – Korea Selatan merupakan salah satu negara di Asia yang kini telah menjadi negara maju. Namun, di balik gemerlap kota nan cantik dan penuh warna dengan hiburan dan kemajuannya, ternyata nyatanya tidak seindah yang dibayangkan. Bahkan di negeri ginseng ini, kini ditemukan banyak orang mengalami stress maupun depresi. Tentu saja karena hidup di Korea Selatan tidaklah mudah, dengan persaingan dan biaya hidup yang makin hari kian menyesakkan.

Fenomena makin banyaknya warga Korea Selatan yang lebih banyak alami depresi dan stress, sedikit banyak telah berdampak buruk bagi masyarakatnya. Bahkan belakangan ini makin santer jadi pembicaraan orang-orang di Korea Selatan yang mengeluh mengenai hidup yang harus bersaing dengan kemajuan zaman serta tingginya tuntutan sosial. Nah berikut ini dirangkum lima sisi gelap kehidupan pekerja kantoran di Korea Selatan:

Budaya Kerja Kompetitid dan Jam Kerja Panjang

Banyak orang Korea Selatan yang mati-matian bersaing untuk mendapatkan karir dan promosi jabatan yang cemerlang. Karena itu, tidaklah mengherankan jika mereka bekerja mati-matian dan bersaing satu dengan lainnya. Sejumlah pekerja di Korea Selatan menyatakan, mereka harus bekerja kurang lebih 50-60 Jam dalam seminggu. Itu artinya rata-rata mereka harus bekerja lebih dari 10 jam dalam setiap harinya. Jika mereka tidak melakukan ini, maka yang terjadi justru mereka akan makin tersingkir dari dunia kerja. Bahkan di sana seperti jadi kebiasaan ketika atasan belum pulang maka bawahan akan segan dan merasa tidak enak jika mereka pulang duluan.

Budaya Minum Berlebihan

Para pekerja di Korea Selatan seringkali menghabiskan waktu setiap usai pulang kantor seperti pada hari jumat malam untuk keluar minum-minum. Budaya ini disebut sebagai “Hoesik”. Kebiasaan untuk minum-minum dengan kolega usai pulang kantor sudah menjadi tradisi di kalangan pekerja sehingga jika mereka menolak dianggap tidak sopan. Apalagi jika ajakan minum-minum tersebut datang dari atasan mereka yang lebih senior. Dalam banyak kasus, pekerja yang enggan atau sering menolak ajakan untuk minum-minum dengan kolega usai pulang kantor akan dikucilkan bahkan bisa terhambat karirnya. Padahal, tidak semua orang nyaman dengan hal tersebut.

Diskriminasi Dalam Pekerjaan

Meskipun dikenal sebagai salah satu negara maju di Kawasan Asia, tak sedikit orang-orang Korea Selatan yang mendapatkan diskriminasi dalam pekerjaanya. Diskriminasi ini mencakup beberapa hal misalnya perusahaan di Korea Selatan lebih memilih pekerja muda dibandingkan pekerja yang lebih senior. Selain itu, para pekerja pria jauh lebih mudah mendapatkan promosi jabatan jika dibandingkan dengan para pekerja wanita. Dalam banyak kasus, pekerja wanita akan mengalami karir yang cenderung lebih stagnan.

Pelecehan di Tempat Kerja

Orang-orang yang bekerja di Korea Selatan, seringkali mendapatkan perlakuan yang kurang menyenangkan atau mengalami pelecehan. Perilaku ini disebut dengan “Gapjil” atau atasan seringkali menyalahgunakan wewenang untuk mengambil keuntungan pribadi, merendahkan bawahan, melakukan tekanan verbal dan emosional yang tak jarang membuat pegawai makin mudah mengalami burn out atau stress. Karena itu, tidaklah mengherankan jika orang-orang Korea Selatan sangat rentan alami depresi. Bahkan selama lima tahun terakhir angka bunuh diri dan stress di negeri yang terkenal dengan drama koreanya ini, terus merangsek naik.

Sulit Menyeimbangkan Kehidupan dan Pekerjaan Keseimbangan dalam kehidupan pribadi dan pekerjaan adalah hal yang sangat penting. Karena itu, hal ini akan menjadikan karyawan menjadi lebih produktif dalam pekerjaannya. Selain itu, life work balance atau keseimbangan antara kehidupan pribadi dan pekerjaan juga akan meningkatkan kinerja para karyawan. Namun sayangnya, hal ini justru sangat sulit didapatkan di Kore Selatan. Sering lembur, pulang malam bahkan saat libur pun kadang pegawai akan dihubungi oleh atasannya terkait dengan pekerjaan. Jadi sudah siap bekerja di Korea Selatan? (*)

By Editor