JAKARTA – suksesmedia.id – Bagi kamu yang tinggal di wilayah Jawa, biasanya akan merayakan lebaran ketupat atau lebaran kupat. Tradisi lebaran kupat, sejatinya merupakan gabungan antara budaya Jawa dan islam zaman dahulu yang sarat akan makna filosofis. Lebaran ketupat, dianggap sebagai salah satu bagian penting dari masyarakat Jawa, untuk memberikan makna mendalam mengenai sejumlah pesan dalam peringatan lebaran kupat.

Pada masa walisongo menyebarkan agama islam di Pulau Jawa, salah satu tokoh walisongo terkenal yaitu Raden Mas Said atau Sunan Kalijaga menjadikan lebaran kupat sebagai sarana dakwah. Cara ini dianggap lebih mudah diterima oleh masyarakat Jawa kala itu, ketimbang memberikan sejumlah wejangan yang terkesan menggurui. Kupat sendiri, dalam filosofi Jawa diambil dari makna, lepat atau salah. Jadi diharapkan dengan memasak kupat, orang-orang bisa saling memaafkan atas sejumlah kesalahan yang telah diperbuat dan dapat dilebur setelah lebaran.

Sementara itu, bahan untuk membuat kupat sendiri berasal dari Janur atau daun kelapa yang memberikan symbol kuat. Janur merupakan, akronim dari sejatine nur atau cahaya yang membawa keberkahan. Kupat sendiri merupakan makanan berbahan dasar beras, yang dimasukan ke dalam bungkusan janur segi empat lalu direbus.

Biasanya, ketupat akan dilengkapi dengan sejumlah sayur seperti sambal goreng berbahan dasar kacang dan santan. Tak hanya itu, hidangan kupat dan sayur sambal goreng ini akan dinikmati oleh masyarakat yang merayakan kupatan bersama-sama usai memanjatkan doa bersama-sama.

Dirayakan Setelah Lebaran

Peringatan Lebaran Ketupat, atau kupatan bisanya dirayakan setelah lebaran. Masyakat Jawa Tengah seperti di Kabupaten Demak, bahkan merayakannya dengan melakukan doa bersama-sama seminggu setelah lebaran. Pada masa kerajaan Demak, Raden Patah selaku raja Demak, merayakan kupatan pada hari kedelapan Bulan Syawal. Tentu saja hal ini berbeda dengan ldul Fitri yang dirayakan pada 1 Syawal.

Nah salah satu tujuan memperingati lebaran Kupat ini adalah untuk melakukan syiar agama islam di tanah Jawa, agar lebih mudah diterima. Tak hanya itu, peringatan ini sebenarnya merupakan bentuk akulturasi budaya Jawa dan Islam yang telah digunakan oleh ulama dan walisongo untuk menyebarkan ajaran islam. (*)

By Editor