JAKARTA – suksesmedia.id – Memiliki karir yang cemerlang dan mapan adalah dambaan banyak orang. Oleh sebab itu, dibutuhkan kesabaran dan ketekunan agar dapat meraihnya maupun mempertahankannya. Apalagi di tengah ketatnya persaingan pekerjaan yang hingga kini kian sulit untuk diraih. Alih-alih memiliki karir yang stabil, yang terjadi justru kamu terkena lay off atau pemutusan hubungan kerja yang sebelumnya tidak pernah kamu bayangkan.
Bagaimanapun, membangun karir yang cemerlang tidak bisa dilakukan hanya dalam waktu yang singkat. Selain kompetensi yang mempuni, dibutuhkan relasi yang kuat serta berjejaring dengan kalangan profesional pada bidang yang tengah kita tekuni. Tak hanya itu, disarankan kita fokus untuk bidang atau industry tertentu, agar skill dan kemampuan kita makin matang dan mempuni. Nah di bawah ini adalah lima hal tabu yang dilarang kamu lakukan ketika sedang membangun karirmu:
Mengabaikan Pengembangan Diri
Banyak orang lupa dan terjebak pada zona nyaman, hingga akhirnya abai terhadap kemampuan untuk membangun kompetensi maupun kapabilitasnya. Akibatnya, mereka justru tersingkir dan tidak mampu berkontribusi lagi bagi perusahaan. Alih-alih makin meningkat karirnya, yang terjadi justru karir stagnan dan terjebab di zona nyaman hingga pensiun. Oleh karen itu, agar kamu tidak makin tertinggal cobalah untuk belajar hal baru dan terkini, sesuai dengan perkembangan industry. Tentu saja car aini akan membuatmu makin mampu untuk beradaptasi dengan perubahan dunia kerja yang kadang sulit untuk diprediksi.
Yuk tampil menawan dengan membeli sepatu dari adidas diskon hingga 30% gunakan link ini
Tidak Membangun Hubungan Profesional
Mengabaikan jaringan profesional (networking) dapat mengurangi peluangmu untuk berkembang. Relasi kerja yang buruk juga dapat menciptakan citra negatif di tempat kerja. Oleh sebab itu, Hindari untuk bersikap tertutup, menghindari kolaborasi, atau terlalu sering konflik dengan rekan kerja. Agar lebih optimal pastikan untuk membangun hubungan baik dengan kolega, atasan, dan bawahan. Terlibatlah dalam acara perusahaan atau komunitas profesional untuk memperluas jaringan. Faktanya, semakin tinggi posisimu justru relasi yang kuatlah yang akan membuatmu moncer dalam meniti karir yang tetap stabil dan berkelanjutan.
Terlalu Fokus Pada Hasil Akhir
Meskipun fokus pada target itu penting, terlalu mementingkan hasil tanpa memperhatikan proses dapat merusak reputasi dan hubungan kerja. Apalagi jika kamu menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan dan target, maka sudah tentu dapat berujung pada kehancuran karirmu. Kita tahu bahwa banyak orang melanggar dan melupakan etika sehingga justru berdampak buruk pada kelangsungan karir maupun pekerjaan. Belum lagi etika moral yang dilanggar yang sudah tentu dapat berujung pada karir yang kacau dan berantakan.
Tidak Mampu Mengelola Waktu
Waktu adalah hal yang paling berharga dalam hidupmu. Apalagi jika dikaitan dengan pekerjaan maupun karirmu. Kemampuanmu mengelola waktu, akan membuatmu makin sukses dalam karirmu. Nah jika ingin makin cemerlang, hindari untuk menunda pekerjaan atau melakukan procrastinasi sehingga seluruh tugas maupun tanggung jawabmu dapat terselesaikan dengan baik. Ingatlah bahwa makin cepat selesai pekerjaanmu, maka akan semakin berkurang pula beban kerja yang wajib kamu selesaikan. Bahkan jika perlu gunakan jadwal dan tuliskan prioritas dalam pekerjaanmu, agar kamu tetap bisa fokus membereskannya.
Mengabaikan Keseimbangan Hidup
Terlalu tenggelam dalam pekerjaan tanpa memperhatikan kesehatan fisik dan mental dapat menyebabkan kelelahan (burnout). Kelelahan ini akan berakibat pada kesehatan fisik maupun mental. Ingatlah bahwa pekerjaan adalah bagian dari hidup ini. Jadi jangan habiskan seluruh energimu untuk pekerjaan. Tentu saja, kamu harus bertanggung jawab pada pekerjaan agar karir dan reputasimu tetap baik serta terjaga. Namun, bukan berarti kamu harus mengacaukan konsep hidup seimbang. Bagaimanapun keseimbangan antara hidup dan pekerjaan sangatlah penting. Setidaknya, lakukan sesuatu di luar pekerjaan, agar kamu tetap selaras dan memiliki kesibukan yang lain sebagai penyeimbang. (*)