Belakangan sejumlah pemberitaan di berbagai media, makin diramaikan oleh fenomena Citayam Fashion Week. Acara yang dimotori oleh sejumlah anak muda dengan mengusung konsep street fashion ini tak pelak, membuat sejumlah orang ikut bergabung dalam acara ini. Bukan hanya sekadar orang muda biasa, namun juga sejumlah artis, maupun selebgram terbukti ikut andil dalam acara tersebut.
Acara Citayam Fashion Week sendiri sesungguhya juga telah melibatkan banyak anak muda yang berasal dari wilayah penyangga di Jakarta. Hal ini dilatarbelakangi oleh makin maraknya, jargon di media sosial mengenai kelas anak SCBD yang begitu populer di jagad media sosial. Sudirman Central Business District yang sebenarnya merupakan akronim dari SCBD pun bergeser menjadi Sudirman, Citayam, Bojonggedhe, dan Depok, yang merupakan daerah penyangga Jakara.
Meski demikian, sejumlah kalangan menilai acara Citayam Fashion Week ini telah memberikan angin segar bagi anak muda yang tinggal di wilayah penyangga Jakarta, seperti mendapatkan wadah untuk berkreasi. Tak hanya itu, mereka seolah-olah mendapatkan panggung yang berpotensi untuk membangun citra para remaja yang tinggal di wilayah penyangga menjadi lebih positif. Kreativitas pun memang lahir dan sempat menjadi pemberitaan viral di berbagai media baik online, elektronik hingga televisi.
Namun sayangnya, acara yang dimotori oleh anak-anak muda dari pinggiran ini justru meninggalkan jejak yang kurang positif. Sampah yang bertebaran di sekitar acara, perilaku anak-anak yang kurang patuh dengan aturan lalu lintas, dan yang lebih parah mengganggu jalannya lalu lintas justru telah mengurangi esensi dari kebermaknaan dari Citayam Fashion Week ini.
Telah Bergeser Dari Ciri Khas dan Citra Aslinya
Menurut Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis dari Universitas Indonesia, Rhenald Kasali, melalui Youtoube Channelnya menyatakan bahwa acara Citayam Fashion Week akhirnya berubah dan ditumpangi oleh para pesohor dan artis. Bahkan konon acara ini menjadi kehilangan ciri khasnya dan kurang otentik lagi. Karena itu, disarankan agar acara ini tetap digelar dan dilakukan oleh anak-anak muda Citayam Bojonggede dan Depok, tanpa harus ditunggangi oleh para pesohor.
Setidaknya melalui cara ini, anak-anak yang besar dan tumbuh di wilayah penyangga ini tetap dapat berkreasi sesuai dengan kebutuhan dan tanpa campur tangan atau pemberian fasilitas berlebihan dari sejumlah artis. Masih menurut Rhenald Kasali, pemberian fasilitas dan bagi-bagi uang dalam acara tersebut justru telah berdampak negatif bagi anak-anak muda generasi Z ini. Mereka menjadi kehilangan semangat untuk berkreasi karena keterbatasan dan justru jadi ikut-ikutan fashion kelas atas, yang kehilangan citra genuinenya. Alih-alih berusaha dari keterbatasan, justru mereka jadi terbuai mimpi seperti para selebgram atau pun artis tersebut. (has/ayu)